Saturday, March 24, 2012

Inteligensi dan IQ


Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindaksecara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secaraefektif. secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalahsuatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Olehkarena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harusdisimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari prosesberpikir rasional itu.
Adapun faktor-faktor yangmempengaruhi inteligensi adalah :
Faktor bawaan atauketurunan
Penelitian membuktikan bahwakorelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Buktilainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 -0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah danibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secaraterpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin merekatidak pernah saling kenal. 

Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yangpada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkanperubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dariotak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selaingizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkunganjuga memegang peranan yang amat penting.

Inteligensi dan IQ
Orang seringkali menyamakanarti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan artiyang sangat mendasar. Arti inteligensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQatau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperolehdari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikansedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkankecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-muladiperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umurkronologik (Chronological Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkanpersoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebutsama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saatitu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalahkarena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkanpada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, AlfredBinet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancangsuatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yangmemerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itudinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman,seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon.Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasansebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasilperbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnyatelah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern,yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. TesStanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampaiusia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tesBinet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorangtokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensitidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapijuga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut TeoriFaktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurutteori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untukorang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untukanak-anak.
Di samping alat-alat tes diatas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuaidengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
Inteligensi dan Bakat
Inteligensi merupakan suatukonsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri denganlingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yangamat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individusuatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atauketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakatatau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untukmenyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segeradiketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untukmenyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test.Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentudinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaanadalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contohdari Scholastic Aptitude Test adalah tes Potensi Akademik (TPA) dan GraduateRecord Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Testatau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan KuderOccupational Interest Survey.
Inteligensi danKreativitas
Kreativitas merupakan salahsatu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakanmanifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antarakreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yangmemuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yangbersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dariberbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikutioleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidakselalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQtertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi,ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusahamencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwakreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitukemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasiyang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukurproses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untukmemberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yangdiberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memangkurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan initerbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmupengetahuan.

No comments:

Post a Comment