Saturday, March 24, 2012

Pengertian Persepsi Sosial


1.Pengertian Persepsi Sosial
Persepsi merupakan suatu proses yangdidahului oleh pengindraan. Pengindraan adalah merupakan suatu prosesditerimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indra.Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulustersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, danproses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidakdapat lepas dari proses pengindraan, dan proses pengindraan merupakan prosesyang mendahului terjadinya persepsi. Proses pengindraan terjadi setiap saat,yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alatindra. Alat indra merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya(Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957).
Stimulus yang mengenai individu itukemudian di organisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadaritentang apa yang di indranya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi.Jadi stimulus diterima alat indra, kemudian melalui proses persepsi sesuatuyang diindra tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dandiinterpretasikan (Davidoff, 1981). Disamping itu menurut Maskowitz dan Orgel(1969) persepsi itu merupakan proses yang intergrateddari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapatdikemukakan bahwa persepsi itu merupakanproses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterimaoleh organism atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, danmerupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu. Karena merupakanaktifitas yang integrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalamdiri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.

Dengan persepsi individu dapatmenyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya,dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff, 1981).Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datingdari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yangbersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi,inilah yang disebut persepsi diri (self-perception).Karena dalam persepsi itu merupakan aktifitas yang intergrated, maka seluruhapa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuanberfikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individuakan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan atas hal tersebut,dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, tetapikarna pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuantidak sama, ada kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individuyang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itumemang bersifat individual (Davidoff, 1981).
Menurut Brehm dan Kassin (1989), persepsi sosial adalahpenilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia memahami orang lain. Tentusaja sangat penting, namun bukan tugas yang mudah bagi setiap orang. Tinggi,berat, bentuk tubuh, warna kulit, warna rambut, dan warna lensa mata, adalahbeberapa hal yang mempengaruhi persepsi sosial. Contohnya di Amerika Serikat,wanita berambut pirang dinilai sebagai seorang yang hangat dan menyenangkan.

               Brems& Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi sosial memilikibeberapa elemen, yaitu:
a. Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkanpengalaman orang untuk meniiai sesuatu.
c. Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain.Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:
1.) Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpabanyak pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepatberdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.
2.) Persepsi sosial, adalah sebuah proses yang kompleks,orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisissecara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulanbahwa persepsi suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadapsuatu obyek yang merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputikeberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadapobjek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari,dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurangsempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol,1994).
Dalam usaha menginterpretasioranglain sering digunakan dimensi-dimensi tertentu. Wrightman (1981)mengemukakan ada 6 dimensi pokok, yaitu:
1.     Dapat dipercaya – tidak dapat dipercaya
2.     Rasional – tidak rasional
3.     Altruis – orientasi diri (selfness)
4.     Independen – conform dengan kelompok
5.     Variatif – kesamaan
6.     Kompleksitas – kesederhanaan
Melalui perkembangan dan pengalaman,orang membangun konsep kepribadian implicit (implicit personality theory),yaitu asumsi-asumsi adanya sifat-sifat tertentu yang berkorelasi dengan sifatlain. Orang yang memiliki kecenderungan demikian disebut psikolog naïf.
Pembentukan Kesan / Persepsi
Pengetahuan tentang orang-orangtertentu dan kaitannya dengan atribut tertentu sering diistilahkan sebagaiprototype. Hasil prototype memunculkan adanya stereotype, yaitu pemberianatribut tertentu pada sekelompok orang tertentu. Contoh: orang Indonesia ramah,orang Amerika individualistis.
Dalam pembentukan kesan, stereotypesulit diabaikan begitu saja. Stereotype akan membatasi persepsi dan komunikasi,stereotype juga bisa dimanfaatkan untuk membina hubungan yang lebih lanjut.Pada konsep kepribadian implicit, stereotype juga akan memunculkan illusorycorrelation, yaitu mengaitkan secara berlebihan antara satu karakteristikdengan karakteristik yang lain secara general.


Kategori Sosial
Dalam pembentukan kesan terhadaporanglain, ada kecenderungan untuk secepatnya mengkategorika orang tersebut kedalam suatu cirri tertentu. Penilaian yang cepat ini (snap jugdment) memilikiarti penting dalam proses pembentukan kesan selanjutnya. Contoh yang seringditemu adalah munculnya halo efek. Yang disebut gejala self-fulfillingprophecy adalah pembuatan kategorisasi tertentu dengan diwarnai harapanberdasarkan asumsi penilai.

  1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh pada Persepsi
  2. Kesan yang terbentuk dalam pikiran seseorang di saat pertama kali berjumpa dengan orang lain ditentukan oleh berbagai hal, yaitu :
    1. Ciri ciri penampilan fisik ( fisikal attractiveness ) meliputi :
                                         i.   Penampilan fisik akan menentukanbagaimana persepsi kita terhadap orang lain. Penampilan fisik ini berakar pada:
1.   Wajah (menarik / tdk menarik)
2.   Bgm cara berpakaian, bahan, model,cara memakainya
3.   Postur tubuh, make up, potongan gayarambut
4.   Assesories yang dikenakan
    1. Ciri ciri sosial demografik (social demographic characteristic ) meliputi :
                                         i.   Jenis Kelamin : umumnya perempuandinilai lebih rendah kemampuannya dibanding laki-laki dalam pekerjaan tertentu.(lihat penelitian Goldberg 1968).
                                       ii.   Suku / Ras / Etnis : Suatu hari kitadiminta unt bertemu dengan orang yang bernama Situmorang yang berasal dariBatak karo, dan pada hari lain kita diminta bertemu dengan Widodo Rahardjo yangberasal dari Solo Jawa tengah. Biasanya sebelum kita bertemu kita membayangkanseperti apa sifat/karakter rang yang akan kita jumpai. Dalam persepsi kita adaperbedaan sifat antra orang yang berbeda suku.
                                      iii.   Status Sosial Ekonomi meliputi :Social economic performance (penampilan berdasar persepsi status sosial ekonomi)sering menjebak penilaian terhadap orang lain). Social economic performance inibiasanya dilihat/dinilai dari penampilan luaran. Mis, tongkrongannya, stylepergaulannya, fashion, assesories, pekerjaan dll.
    1. Komunikasi non verbal ( non communication verbal skill management ) : Kesan terhadap orang lain ikut ditentukan oleh komunikasi non verbal seperti :
                                         i.   Ekpresi wajah (wajah adalah ekpresikejiwaan)
                                       ii.   Gerakan tubuh/tangan/ gerak mata
                                      iii.   Intonasi suara
                                      iv.   Kontak pandangan mata
Dari komunikasi non verbal kita bisamenarik kesan tentang kondisi emosi, watak kepribadian dan kejujuran seseorang
Didepan telah dipaparkan bahwa apayang ada dalam diri individu akan dipengaruhi dalam individu mengadakanpersepsi, ini merupakan faktor internal. Di samping itu masih ada faktor lainyang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu faktor stimulus itusendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung, dan inimerupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternaldan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individumengadakan persepsi.
Agar stimulus dapat dipersepsi, makastimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitukekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudahdapat dipersepsi oleh individu. Kejelasan stimulus  akan banyak berpengaruh dalam persepsi.Stimulus yang kurang jelas, stimulus yang berwayuh arti, akan berpengaruh dalamketepatan persepsi. Bila stimulus itu berwujud benda-benda bukan manusia, makaketepatan persepsi lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi, karnabenda-benda yang di persepsi tersebut akan berbeda bila yang dipersepsikan itumanusia.
Mengenai keadaan individu yang dapatmempengaruhi hasil persepsi dating dari dua sumber, yaitu yang berhubungandengan segi kejasmanian, dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bilasystem fisiologisnya terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsiseseorang. Sedangkan segi psikologis seperti telah dipaparkan di depan, yaituantara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan,motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi.
Sedangkan linkungan atau situasikhususnya yang melatar belakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi,lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia. Objek dan lingkungan yangmelatarbelakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan.Objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda, dapat menghasilkan persepsiyang berbeda.
  1. Persepsi Sosial
Telah dipaparkan didepan berkaitandengan persepsi objek yang dipersepsi dapat berada diluar individu yangmempersepsi, tetapi juga dapat berada di dalam diri orang yang mempersepsi.Dalam mempersepsi diri sendiri orang akan dapat melihat bagaimana keadaan dirinyasendiri, orang akan dapat mengerti bagaimana keadaan dirinya sendiri, orangdapat mengevaluasi tentang dirinya sendiri.
Bila objek persepsi terletak diluarorang yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapatberwujud benda-benda, situasi, dan juga dapat berwujud manusia. Bila objekpersepsi berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau juga disebut non-social perception, sedangkan bila objek persepsi berwujudmanusia atau orang disebut persepsi sosial atau social perception (Heider. 1958). Namun disamping istilah-istilahtersebut khususnya mengenai istilah socialperception masih terdapat istilah-istlah lain yang digunakan. Yaitupersepsi orang atau person perception (Secord dan Backman.1964), juga istilah person cognitionI atau interpersonal perception. Yang kurangdapat mendukung istilah social perceptiondalam pengertian person perceptionmemberikan alasan bahwa karena persepsi sosial menyangkut persepsi yangberkaitan dengan variable-variabel social, sehingga ini memberikan pengertianyang lebih luas dari pada pengertian personperception (Tagiure dalam lindzey dan aronsome 1975).
Dalam individu mempersepsikanbenda-benda mati bila dibandingkan dengan mempersepsikan manusia, terdapatsegi-segi persamaan disamping segi-segi perbedaan adanya persamaan bila dilihatbahwa manusia atau orang itu dipandang sebagai benda fisik seperti benda-bendafisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya tidak berbeda.Namun karena manusia bukan semata-mata bukan hanya benda fisik melulu, tetapimempunyai kemampuan-kemampuan yang tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya,maka hal ini akan membawa perbedaan antara persepsi benda-benda denganmempersepsi manusia (Morgan, dkk. 1984).
Mempersepsi seseorang, individu yangdipersepsi itu mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, harapan walaupunkadarnya berbeda seperti halnya pada individu yang mempersepsi. Orang yangdipersepsi dapat berbuat sesuatu terhadap orang yang mempersepsi, sehinggakadang-kadang atau justru sering hasil persepsi tidak sesuai dengan keadaansebenarnya. Orang yang dipersepsi dapat menjadi teman, namun sebaliknya jugadapat menjadi lawan dari individu yang yang mempersepsi. Hal tersebut tidakakan dijumpai bila yang dipersepsi itu bukan manusia atau orang (Tagiuri danPetrullo, 1958). Ini berarti bahwa orang yang dipersepsi dapat memberikanpengaruh terhadap orang yang mempersepsi.
Persepsi sosial merupakan suatuproses seseorang untuk mengetahui, mempersepsikan, dan mengevaluasi orang lainyang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yangada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenaiorang yang dipersepsi (Tagiuri dalam Lindzey dan Aronson, 1975). Namun demikianseperti telah dipaparkan di depan, karena yang dipersepsi itu manusia sepertihalnya yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat memberikan pengaruh kepadaorang yang mempersepsi. Dengan demikian dapat dikembangkan dalam mempersepsimanusia atau orang (person) adanyadua pihak yang masing-masing yang mempunyai kemampuan-kemampuan,perasaan-perasaan, harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbedasatu dengan yang lain, yang akan berpengaruh dalam orang mempersepsi manusiaatau orang tersebut.
Dari uraian tersebut di atas, adabeberapa hal yang dapat ikut berperan dan dapat pberpengaruh dalam mempersepsimanusia, yaitu (1) keadaan stimulus, dalam hal iniberujud manusia yang akandipersepsi; (2) situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus; dan(3) keadaan orang yang mempersepsi. Walaupun stimulus personnya sama, tetapikalau situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus person berbeda, akanberbeda hasil persepsinya (Tagiuri dan petrullo, 1958).
Pikiran, perasaan, kerangka acuan,pengalaman-pengalaman, atau dengan kata lain keadaan pribadi orang yangmempersepsi akan berpengaruh dalam seseorang mempersepsi orang lain. Haltersebut disebabkan karena persepsi merupakan aktifitas yang integrated (Moskowitz dan Orgel, 1969).Bila orang yang dipersepsi atas dasar pengalaman merupakan seorang yangmenyenangkan bagi orang yang mempersepsi, akan lain hasil persepsinya bilaorang yang dipersepsi itu memberikan pengalaman yang sebaliknya. Demikian puladengan aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri orang yang mempersepsi.
Demikian pula situasi sosial yangmelatarbelakangi stimulus person juga akan ikut berperan dalam hal mempersepsiseseorang. Bila situasi sosial yang berlatarbelakangi berbeda, hal tersebutakan membawa perbedaan hasil pertsepsi seseorang. Orang yang bisa bersikapkeras, tetapi karena situasi sosialnya tidak memungkinkan untuk menunjukkankekerasannya, hal tersebut akan mempengaruhi dalam seseorang berperan sebagaistimulus person. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya.Karena itu situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus person mempunyai peranyang penting dalam persepsi, khususnya persepsi sosial.                   
Teori-teori Atribusi (Labelling)
Ada 3 teori atribusi, yaitu:
1.     Theory of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith Davis)
Apabila perilaku berhubungan dengansikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapatdiketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yangdemikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference).
Bagaimana mengetahui bahwa perilakuberhubungan dengan karakteristiknya?
a.     Denganmelihat kewajaran perilaku. Orang yang bertindak wajar sesuai dengankeinganan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan darikarakternya.
b.    Pengamatan  terhadapan perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkanbeberapa pilihan.
c.    Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan.Misalnya, seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran yang baruakan tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran dari karakternya.
2.     Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967, 1971)
Harrold Kelley mengajukan konsepuntuk memahami penyebab perilaku seseorang dengan memandang pengamat sepertiilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk samapi pada suatu kesimpulan atribusiseseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi jugaharus menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu, adalah:
a.     Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagaimanseorang berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda. Distinctivness yang tinggiterjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatuperistiwa. Sedangkan distinctiveness rendah apabila seseroagn merespon samaterhadap stimulus yang berbeda.
b.     Konsistensi
Hal ini menunjuk pada pentingnyawaktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan tinggi apabilaseseorang merespon smaa untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda.Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
c.     Konsensus
Apabila oranglain tidak bereaksisama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah, dan sebaliknya. Selain itukonsep tentang consensus selalu melibatkan oranglain sehubungan dengan stimulusyang sama.
           Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. MenurutKelley ada 3 atribusi, yaitu:
·       Atribusi Internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran darikarakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dankonsistensinya tinggi.
·       Atribusi Eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengandistinctiveness yang tinggi, consensus tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
·       Atribusi Internal-Eksternal, hal ini ditandai dengan distinctivenessyang tinggi, consensus rendah, dan konsistensi tinggi.

3.      AtribusiKeberhasilan dan Kegagalan (Weiner)
Ada dua macam dimensi pokok:
a.    Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal.
b.    Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.

             Kestabilan
Locus of Ctrl
Tidak stabil
(temporer)
Stabil
(permanen)
Internal
Usaha, mood, kelelahan
Bakat, kecerdasan, karakteristik fisik
Eksternal
Nasib, ketidaksengajaan, kesempatan
Tingkat kesukaran tugas
                                                                                                                         

No comments:

Post a Comment